Sabtu, 22 Oktober 2011

Kutipan Sang Pemimpi





Novel Sang Pemimpi

Potongan bait dalam lagu La Neige au Sahara yang di nyanyikan oleh Anggun C. Sasmi

Si la poussire emporte tes reves de lumiere
Je serai ta lune, ton repere
Et si le soleil nous brule
Je prierai qui tu voudras
Pour que tombe la neigi au Sahara

Translate

Jika harapanmu hancur berkeping-keping
Aku akan menjadi bulan yang menerangi jalanmu
Matahari bisa membutakan matamu
Aku akan berdoa pada langit
Agar salju berderai di Sahara


Puisi dari Arai untuk cinta pandangan pertamanya adalah Zakiah Nurmala. Dia rela membacakan puisi di depan makam Jim Morrison dan disaksikan oleh ribuan pasang mata penziarah makam Jim Morrison yang di kagumi Arai.

Puisi untuk satu-satunya cinta dalam hatiku! Zakiah Nurmala…
Di sini! Disaksikan pusara Jim Morrison, kukatakan padamu!
Rampas jiwaku!
Curi masa depanku!
Jarah harga diriku!
Rampok semua milikku!
Sita!
Sita semuanya!
Mengapa kau masih tak mau mencintaiku?


Ketika Ikal dalam keadaan frustrasi saat berada di Paris, untuk melipur rindunya dia membuka novel Seandainya Mereka Bisa Bicara karya Herriot. Kenangan A Ling untuk lkal. A Ling menandai cerita tentang keindahan Desa Edensor dalam novel itu. Dica bagian itu berulang-ulang. Desa khayalan Edensor itu seakan membuka jalan untuk menemukan A Ling, untuk menemukan diri Ikal sendiri.

“lereng-lereng bukit yang tak teratur seperti berjatuhan, puncaknya seakan berguling detelan langit sebelah barat. Bentuknya laksamana pita kuning dan merah tua. Pegunungan tinggi nyang tek berbentuk itu lalu terurai menjadi bukit-bukit hijau dan lembah-lembah nan luas. Di dasar lembah sungai berliku-liku di antara pepohonan. Rumah-rumah petani Edensor yang terbuat dari batu-batu yang kukuh dan berwana kelabu bak pulau di tengah lading yang diusahakan. Lading itu terbentang seperti tanjung yang hijau cerah di atas lereng bukit. Di pekarangan, taman bunga mawar dan asparagus tumbuh menjadi pohon yang tinggi. Buah persik, buah pir, buah ceri, buah prem, bergelantungan di atas tembok selatan, berebut tempat dengan bunga-bunga mawar yang tumbuh liar…”

A ling masih tak jelas rimbanya, tak hatu lagi kemana mencarinya. Hanya dari novel kenangannya Ikal dapat menemukannya. Dibuka lagi novel lusuh itu, dibaca lagi keindahan desa  khayalan Edensor , untuk melipur rindunya.

“jalan-jalan desa menanjak berliku-liku dihiasi deretan pohon oak, berselang-seling di antara jerejak anggur yang diterlantarkan. Lebah madu berdengung mengerubuti petunia. Daffodil dan asturia tumbuh sepanjang pagar peternakan, berdesakan di celah-celah bangku batu. Di belakang rumah penduduk tumpah ruah dedaunan oranye, berdayu-dayu karena belaian angin. Lalu terbentang luas padang rumput, permukaannyaa detebari awan-awan kapas….”

Edensor adalah sebuah desa kecil di daerah Sheffield di Mindland, wilayah tengah Inggris, dekat Manchester, Brimngham, dan Leeds, tepatnya di Doncaster, kira-kira 1jam perjalanan naik bus medaki bukit-bukit dan membelah hutan cemara.  Edensor sebuah desa dengan pemandangan yang sangat indah dan meyejukkan mata dan juga hati. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar