Sabtu, 22 Oktober 2011

Kutipan dari Novel Maryamah Karpov



Maryamah Karpov


Kutipan dalam novel Maryamah Karpov.

Endensor adalah Taj Mahalku. Rasanya baru kemarin aku disuruh Bu Muslimah membeli kapur di toko kelontong Sinar Harapan, lalu aku tersihir oleh paras-paras kuku yang cantik, dan tiba-tiba aku terlempar di negeri asing yang amat jauh ini.

Kini kusadari yang ada hanya aku, duduk sendiri di bangku uzur yang tersandar pada jerejak kebun anggur. Aku menekan perasaan sehampa lembah Yorkshire dan ladang-ladang Darrowby yang terlantar, meredakan jerit hati yang senyaring gemuang kumbang, meredam gemuruh rindu, membujuk diri, karena siang mengatakan A Ling telah pergi dibawa malam, tak kan pernah kembali. Ketika kumbang-kumbang itu diam, waktu lumpuh. Kusibakkan gulma yang menutupi pagar batu penyekat lading, masih jelas baris-baris puisi yang kuukir di situ tahun lalu.


Tak tahu engkau dimana
Tapi, kulihat dirimu, di antara baying pohon willow
Kudengar suaramu, dalam riak Sungai Darrow
Dan kucium dirimu, dalam angin yang berembus dari utara



Ada

Tahukah dirimu, kawan?
Dalam serpih-serpih cahay
Dan gerak-gerik halus benda-benda
Tersimpan rahasia
Mengapa kita ada

Di dedikasikan untuk sahabat Ikal (Andrea Hirata), sahabat yang paling dia idolakan atas kecerdasannya, adalah Lintang.

Lintang

Dengan pisau lipat
Kuukir pelan-pelan
Kalimat yang dalam
Dari perasaanku yang larat
Karena hormatku yang sarat
Untuk pesona persahabatan dan kecerdasan
Lintang, Lintang, hatimu yang benderang
Qui genus humanum ingenio superavit
Manusia genius tiada tara


Laut

Horizon, horizon setelah itu, tak ada hal lain
Horizon di langit dan horizon sejauh jangkau pandang
Muara menyempit, delta mengerut
Hutan lindap, daratan kelabu
Lalu laut, laut seluas langit
Datar, tetap, tak terhingga, biru mendebarkan


Senyum

Siapa yang menebar senyum
Dialah yang akan menuai cinta


Kutipan kata-kata indah yang Ikal gambarkan ketika akhirnya bertemu kembali dengan A Ling yang sudah belasan tahun tak bertemu. Ikal berkorban mencari hampir separo dunia dia lakukan demi mencari A Ling, dan akhirnya menemukan A Ling di pulau Batuan yang amat menyeramkan hingga dijuluki Pulau kuburan. Pengorbanan yang amat berat dan sungguh-sungguh dia lakukan, demi wanita yang dia sukai sejak SD hingga lulus S2 di sorbonne, Prancis. Dengan bantuan para sahabatnya, mereka lalui hingga nyawa pun mereka perjuangkan demi A Ling.

Senja hari berikutnya kami duduk bersandar di tiang layar. Kami saling menceritakan kisah nasib. Aku mengeluarkan buku yang dulu dihadiahkannya padaku, novel Seandainya Mereka Bisa Bicara. Ia tersenyum.
“apakah kau telah menemukan Edensor, Ikal?”
Aku diam saja. Aku juga tidak menceritakan bahwa aku telah mencarinya sampai ke Siberia, sampai Afrika.
A Ling berkisah tentang kerasnya Batuan dan berkali-kali ia gagal menyebrangi Selat Singapura.
“tak ada harapan di sana, tapi aku tahu”, ucapnya pelan.
“aku tahu, kita pasti bertemu lagi”.

"Aku membisu
Kami memandangi laut dalam senyap
Bergabunglah surya dan awan-gemawan melukis megahnya angkasa
Bersekutulah angin empat musim mengarak halimun Selat Malak
tak satu pun
 tak satu pun dapat menggambarkan indahnya perasaanku."


Rahasia

Kuberi tahu satu rahasia padamu, Kawan
Buah paling manis dari bermimpi
Adalah kejadian-kejadian menakjubkan
Dalam perjalanan menggapainya


Puisi

Dan tiba-tiba hari-hariku berubah menjadi puisi
Semilir di pagi hari
Meriang jika siang
Pecah, serupa ombak-ombak pasang kalau malam


Seperti

Seperti puisi yang kutuliskan
Seperti nyanyi yang kaulantunkan
Seperti senyum yang kausunggingkan
Seperti pandang yang kaukerlingkan
Seperti cinta yang kauberikan
Aku tak pernah, tek pernah merasa cukup



Bagian ini, dimana Ikal memohon pada Ayahanda nya untuk diizinkan meminang A Ling. Dan untuk pertama kalinya Ayah mengatakan tidak untuk apa pun yang Ikal minta, untuk sesuatu yang amat diinginkan Ikal melebihi apapun. Karna mendengar permintaan Ikal kali ini, Ayah mengepalkan tangannya erat-erat untuk menguatkan dirinya. Air matanya mengalir deras sampai berjatuhan ke lantai. Tak pernah seumur hiduku melihatnya menangis. Aku tak mampu berkata-kata. Ruh seperti tercabut dari jasatku. Aku terkulai.
Di Pasar malam A Ling telah menunggu, tentang kabar apa yang akan dia terima dari Ikal. Dan ini adalah part terakhir dari semua sekuel novel Maryamah Karpov yang sangat menyentuh hati. Perjuangan dan kesetiaan diuji disini.

“Aku membawa apa pun yang dapat kubawa dalam sebuah karung kecampang. Lapangan Padang Bulan telah kosong ketika aku tiba. Pasar malam telah redup, komidi tak lagi berputar, lampu-lampunya telah dimatikan. Yang terdengar hanya suit angin.
Di tengah hamparan ilalang, A Ling berdiri sendirian menungguku. Kami hanya diam, tapi A Ling tahu apa yang telah terjadi. Ia terpaku lalu luruh. Ia bersimpuh dan memeluk lututnya. Matanya semerah saga. Ia seseggukan sambil meremas ilalang tajam. Seakan tak ia rasakan darah mengucur di telapaknya. Ia menarik putus kalungnya, menggulung lengan bajunya, dan memperlihatkan rajah kupu-kupu hitam di bawah sinar bulan. Kukatakan padanya bahwa aku tak kan menyerah pada apa pun untuknya dan akan ada lagi perahu berangkat ke Batuan. Kukatakan padanya, aku akan mencurinya dari pamannya dan melarikannya. Aku akan membawanya naik perahu itu dan kami akan melintasi Selat Singapura. Perlahan awan kelabu di langit turun menjadi titik gerimis. Butirnya yang lembut serupa tabir putih menyelimuti tubuh kami.”






Tidak ada komentar:

Posting Komentar