Selasa, 03 Januari 2012

Sampah

SAMPAH, BARANG BEKAS DAN NILAI BISNIS


               Persoalan sampah adalah persoalan siapa saja. Setiap orang, keluarga, kelompok masyarakat lainnya pasti menghasilkan sampah. Seorang ibu rumah tangga yang memasak dan menyiapkan makanan untuk keluarganya, akan menghasilkan sisa-sisa bahan yang berguna dan akan dibuang ke bak sampah. Karena itu semua pihak bertanggung jawab dalam masalah sampah.
               Begitu juga dengan kalangan dunia usaha yang telah banyak mengambil manfaat dan keuntungan dari bisnisnya. Para pelaku bisnis yang memproduksi suatu barang, tentu juga akan menghasilkan sampah yang tidak sedikit. Bahkan kemasan produk yang telah sampai di tangan konsumen pun tentu akan menjadi sampah, dan barang bekas yang dibuang. Masalahnya adalah apakah misi bisnis setiap pengusaha sudah mengikutsertakan nilai-nilai dalam pengelolaan sampah yang dihasilkan!
               Data dari Kantor Kementrian Lingkungan Hidup (KHL) menyebutkan bahwa jumlah sampah yang dihasilkan setiapa kota si Indonesia rata-rata mencapai 200 ton setiap harinya. Ini tentu fakta yang sangat mencengangkan. Ironisnya, kemampuan pemerintah, terutama pemerintah daerah dalam mengelola dan mengolah sampah ternyata masih sangat rendah. Syarat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang menjadi tumpuan dalam pengolahan sampah sangat jauh dari yang diharapkan.
               Melihat fakta ini kita tentu maklum dengan berbagai bencana yang melanda berbagai kota dari sampah-sampah yang menggunung tersebut. Begitu juga dengan sejumlah bencana alam berupa tanah longsor yang menelan banyak korban jiwa mengiringi problem sampah di berbagai daerah.
               Pada sisi lain, tidak sedikit pula tangan-tangan kreatifnyang mampu menyulap sampah menjadi produk bisnis yang sangat komersial. Sebut saja diantaranya produk krajinan kertas daur ulang, produk kerajinan cangkang telor yang memanfaatkan sampah dari kulit telur ataupun sperti yang dilakukan komunitas “Cling of Uwuh” yang mampu mengolah dan mengelola sampah kemasan plastic menjadi berbagai produk komersial.
               Dari problem sampah yang mengancam kelangsungan kehidupan bumi, kita dapat belajar banyak. Untuk menjadi pengusaha, kita tentu tidak boleh sekedar mengejar keuntungan semata. Sejak awal menjalankan bisnis, sudahsemestinya kita bertanggungjawab terhadap sampah bisnis yang dihasilkan. Seperti halnya sebagai pengusaha muslim, unsur syariah dalam berbisnis harus kita terapkan agar keuntungan yang diperoleh juga halal, barokah, dan toyibah. Pada sisi lain, untuk menjalankan usaha kita juga tak perlu menunggu ide besar untuk membuat sebuah produk bisnis. Karena, tidak sedikit ide ataupun sumber bahan untuk bisnis ternyata berceceran dan terhampar sekitar kita, termasuk barang-barang bekas yang terbuang. Sekarang tinggal kreatifitas, kemauan, dan niat kita dalam menjalankan bisnis.

Sumber:
majalah.pengusahamuslim.com
Pengusaha Muslim, Hal 3 edisi 7 vilume 1, 15 Juli 2010


               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar