Selasa, 03 Januari 2012

Lita Jonathans: Telur Hias Karyanya Diminati Kolektor Hingga Ke Manca Negara
Mei 8, 2010
tags: egg craft, Inacraft, kerajinan telur hias, La Lita Handicraft, Lita Jonathans
oleh indonesiaproud



Di tangan Lita Jonathans, cangkang telur menjadi karya indah. Setelah sekian lama bergelut dengan cangkang-cangkang telur, kini telur hias karyanya tidak hanya dimiliki kolektor telur hias dalam negeri, tetapi juga dikoleksi pencinta telur hias mancanegara.
Ketertarikan Lita pada telur hias dimulai saat dia tinggal di Balikpapan, Kalimantan Timur, 15 tahun lalu. Perempuan yang memang akrab dengan telur paskah ini makin tertarik dengan telur hias karena pergaulannya dengan keluarga ekspatriat di Balikpapan.
Ketertarikan itu mengantarkan dia untuk belajar cara membuat kerajinan telur hias (egg craft). Dia memanfaatkan kesempatan menyerap seluruh ilmu tentang hias-menghias telur dari para ekspatriat.
”Karena telur sangat mudah didapat. Setiap hari kita ’ketemu’ telur,” ungkap Lita.
Minat Lita pada telur hias terus berlanjut hingga ia hijrah ke Surabaya, Jawa Timur. Lita yang senang pada kerajinan tangan makin menikmati aktivitasnya menghias telur. Pengetahuannya tentang seluk-beluk telur hias terus ditambah lewat internet hingga kursus pribadi.
”Selebihnya learning by doing saja karena minat saya ada,” tutur Lita di rumahnya di Desa Gunung Bunder II, Kecamatan Pamijahan, Bogor, Jawa Barat.
Lita memulainya dengan teknik menghias paling sederhana. Dengan cat khusus, tangan kreatifnya ”menyulap” cangkang- cangkang telur menjadi kerajinan penuh warna. Awalnya, tak ada niat di benak Lita untuk menjual telur-telur hias karyanya itu. Dia justru lebih menikmati proses pembuatan telur hias ketimbang berpikir mendapatkan uang. Ternyata banyak orang yang tertarik membelinya.
”Saya ’mengalir’ saja,” kata Lita. Saat itu harga telur hias Lita berkisar puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah.
Seiring dengan semakin banyaknya permintaan, Lita makin serius mengembangkan usaha telur hiasnya. Ia terus mencoba berbagai teknik menghias telur. Tak sekadar menggunakan cat, Lita juga menghias berbagai telur, mulai dari telur puyuh, telur ayam, telur bebek, telur angsa hingga telur burung kasuari, dengan stiker, payet, manik-manik, glitter, hingga renda dan clay.
”Saya mencoba semuanya. Ternyata bahan-bahan itu membuat telur-telur itu menjadi lebih indah. Itulah mengapa saya lebih senang menyebut aktivitas saya sebagai menghias telur, bukan melukis telur, karena bahannya bisa beragam,” ujar Lita.
Untuk mempercantik tampilan telur hiasnya, Lita memanfaatkan berbagai material, seperti tatakan kayu, wadah bambu, keranjang kayu, kotak kayu, hingga karangan bunga. Lita juga menghias telurnya dengan motif batik. Hasilnya, telur-telur hias itu semakin unik dan khas Indonesia.
Kreativitas Lita dalam menghias telur membuatnya dicari banyak orang. Usahanya kian berkembang. Lita juga menggeluti seni lukis gelas dan kerajinan sulam. Bendera usahanya bernama La Lita Handicraft. Berkat kreativitas pula, telur hiasnya kian mahal, bisa mencapai jutaan rupiah. Telur hias itu merupakan produk yang segmented karena sifatnya sebagai barang koleksi.
Permintaan telur hias Lita pun makin lama semakin banyak. ”Setiap menjelang Paskah, saya kebanjiran pesanan dari gereja dan hotel-hotel berbintang,” kata perempuan kelahiran Jakarta, 6 Februari 1960, ini.
Lita pun kian sibuk berpameran. Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Bandung, Makassar, Medan, hingga Denpasar dikunjungi Lita untuk berpameran. Tak hanya di pasar dalam negeri, Lita juga melebarkan sayap hingga Jepang, Belanda, Perancis, Italia, China, dan Dubai. Kesempatan berpameran di sana dia manfaatkan juga untuk menambah ilmu tentang telur hias.
Tujuh tahun terakhir ini, Lita dan keluarga memutuskan pindah ke Bogor. Di lereng Gunung Salak yang berhawa sejuk dan berpemandangan indah, dia menjadikan salah satu bagian rumahnya sebagai bengkel kerja. Dibantu enam pekerja, Lita terus menghasilkan telur-telur hias yang bahan bakunya disuplai dari peternakan setempat. Namun, orientasi Lita berubah. ”Tahun ini saya lebih fokus pada pemberdayaan,” ujarnya.
Dia tidak lagi ngoyo mengejar target dan kerja keras untuk ikut pameran. Lita memilih membuka pintu rumahnya untuk kelompok ibu yang ingin belajar menghias telur. Nyaris setiap hari rumah Lita tak pernah sepi. Bukannya lelah, ia justru kian menikmati aktivitasnya menularkan ilmu bagi banyak orang. Jika ada yang tertarik, Lita dengan senang hati akan mengakomodasi karya-karya mereka.
”Mula-mula saya ikutkan pameran. Tentunya untuk melihat apresiasi orang dulu, enggak harus laku,” tutur Lita. Motivasinya agar orang lain mau mencoba sesuatu yang bermanfaat.
Lita tak khawatir ilmunya akan habis. Kalaupun ada yang kemudian mencontoh telur hiasnya, dia tak ambil pusing.
”Saya enggak pernah cemas dengan hal-hal seperti itu. Kalau soal karya, serupa mungkin iya. Tetapi motif, saya jamin enggak akan pernah sama,” ujar Lita.
Dia masih terus berpegang pada prinsip bahwa telur-telur hiasnya tak akan pernah diproduksi massal. ”Proses adalah hal yang sangat saya nikmati. Kalau produksi massal, saya kesulitan menikmati prosesnya,” ujar Lita yang tak pernah absen mengikuti perhelatan Inacraft sejak pameran itu digelar pertama kali. Tahun ini Inacraft digelar di Jakarta pada 21-25 April.
Di tengah aktivitasnya itu, Lita sibuk mempersiapkan materi untuk buku barunya tentang sejarah di balik motif telur hias kreasinya, misalnya tentang motif batik. ”Ini supaya orang paham desainnya,” tutur Lita.

Sumber:
http://indonesiaproud.wordpress.com/2010/05/08/lita-jonathans-telur-hias-karyanya-diminati-kolektor-hingga-ke-manca-negara/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar