Selasa, 03 Januari 2012

ACFTA

Ada apa dengan ACFTA?

          Kesepakatan dagang ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) resmi belaku Januari 2010. Keran, perdagangan bebas dibuka, jutaan produk berseliweran berselimut kakhawatiran. Sebut saja produsen local yang khawatir bahwa produk mereka akan kalah saing dengan produk China yang terkenal murah.
          Sebenarnya sebelum ACFTA resmi diberlakukan, sudah sejak lama produk China mendonimasi pasar dalam negri. Namun karena ACFTA, Januari lalu, 83% dari 8.738 produk impor dari China bebas masuk ke pasar Indonesia tanpa dikenai bea masuk. Artinya, pasar kita pun akan semakin penuh sesak oleh produk negeri tirai bamboo itu.
          Kerentanan dengan adanya banjir produk China tidak hanya terbatas di kalangan produsen. Sebagai konsumen, kita pun tak kalah rentannya. Dengan harga yang “murah meriah”, apakah ada jaminan untuk keamanannya?
          Menyikapi banjir produk China, mau tak mau kita harus mengeluarkan jurus baru,. Para produsen harus semakin bekarja keras meningkatkan mutu produk, sementara konsumen harus semakin rajin mencari informasi tentang produk yang dipilihnya. Tidak ada salahnya bersikap waspada.
·       Mainan Beracun
Mainan anak dari China masih mengandung racun. Menurut hasil investigasi yang dilakukan oleh kantor berita Associated Press awal 010, di dalam produk mainan anak-anak yang diekspor ke Amerika Sekirat mengandung kadmium. Sedikitnya 12 dari 103 barang yang teliti mengandung 10% kadmium yang terdapat dalam mainan berbentuk perhiasan.  
Kadmium termasuk dalam racun yang berbahaya dan dapat menyebabkan kanker. Berdasarkan kajian Center for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, kadmium menempati peringkat ke-7 dari 275 bahan yang paling berbahaya. Dengan hanya menyentuh mainan yang mengandung cadmium, racun sudah mengkontaminasi tubuh. Damapaknya adalah kanker dan kerusakan otak. Yang lebih memprihatinkan, produk mainan anak-anak tidak termasuk dalam daftar inspeksi pemerintah China sebelum diekspor ke luar China.
·       Kosmetik Bermerkuri
Kosmetik yang beredar dipasaran juga pelu diwaspadai. Merkuri terkadang muncul dibeberapa produk khususnya pemutih. Otoritas Filiphina telah melarang beberapa produk kosmetik China karena mengandung merkuri dalam jumlah yang membahayakan. Kajian dilakukan oleh Food and Drug Administration (FDA) pada beberapa krim wajah untuk pemutih ternyata mengandung merkuri dalam jumlah yang melewati batas toleransi. Alih-alih mendapatkan kulit putih, yang bisa terjadi adalah gangguan pada fungsi otak, gangguan penglihatan, gelisah/gugup, ginjal, dan kerusakan liver. Cukup dengan dioleskan ke permukaan kulit, merkuri akan masuk ke dalam darah hingga system saraf tubuh.
·       Susu Bermelamin
Kasus susu mengandung melamin dari China pernah marak di Indonesia pada tahun 2008. Walaupun dua tahun sudah berlalu, beberapa perusahaan di China masih memproduksi susu menggunakan melamin. Salah satunya adalah Tiantian Dairy Co Ltd di Ningxia yang ditutup setelah ditemukan kemasan ulang dan 170 ton susu tercemar melamin pada awal 2010 lalu. Susu ini sudah beredar di bebagai kota di China salah satunya Shanghai.
Melamin merupakan bahan berbahaya jika dikonsumsi. Bahan ini bisa digunakan sebagai bahan campuran membuat plastic, pupuk, dan lem. Penggunaan melamin dalam susu umumnya dilakukan untuk menambah kandungan protein dalam susu. Bayangkan, apa yang terjadi dalam tubuh kita saat mengkonsumsinya.
·       Buah-buahan Berpengawet
Buah yang di impor melewati proses pengawetan dan pengepakan yang cukup lama sehingga saat dikonsumsi menjadi tidak segar lagi. Dalam kasus ekstrem bahkan bisa mencapai satu tahun dari proses pemetikan hingga ke konsumen, tak heran digunakanlah pengawet yang salah satunya formalin.
Juni 2009 lalu di Cilegon ditemukan jeruk yang berasal dari China mengandung formalin. Fakta ini didapat berdasarkan hasil uji Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Serang terhadap kulit dan isi jeruk. Bahkan kimia formalin apabila dikonsumsi akan menginfeksi tubuh penggunanya dan menyebabkan kanker, pengecilan organ tubuh, hingga kerusakan saluran pernafasan dan saluran pencernaan.  

Sumber: Respect 04, Free Magazine April 10 - Mei 10 hal. 14-17




   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar